Equality for Peace

Ada hal yang sangat berkesan bagi saya ketika mengambil mata kuliah Gender dan Politik pada semester ini. Terdapat proses socialisasi gender yang menentukan perenan perempuan dan laki-laki dalam keluarga atau Role Expectation. Selama ribuan tahun, melalui proses gender socialization ini, laki-laki selalu diasosiasikan sebagai agentic–getting things done atau dalam kata lain selalu bisa melakukan apapun. Di sisi lain, perempuan selalu diasosiasikan sebagai makhluk yang mempunyai sifat expressive and communal–keeping the group together and content, karena itu perempuan berfungsi sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi semua pekerjaan domestik. Tidak demikian dengan laki-laki yang selalu bisa melakukan apapun, agentic. Karenanya sektor publik lebih cocok untuk laki-laki. Bener ngga sih kayak gitu???

Wah, pasti ada banyak banget jawaban untuk pertanyaan ini. Saya yakin, kamu juga punya jawabanmu sendiri. Menurut Tugas Akhir mata kuliah ini, saya lebih cendereng setuju bahwa memang ada proses gender socialization yang kemudian memacu diskriminasi terhadap perempuan. Ya, sadar atau tidak, perempuan itu udah terdiskriminasi. Tapi, di box ini saya ngga pengen ngomongin tentang itu. I really wants to talk about Mom and Dad role in family.

Menurutmu siapakah yang paling hebat? Ibu atau Ayah?

Ibu?

Ayah??

atau dua-duanya???

Hmmm… susah ya?
Menurut saya sih, dua-duanya hebat.

Ibu saya adalah Ibu yang paling hebat di dunia (bukannya nyombong loh!), walaupun galaknya minta ampun, tapi beliau bisa jadi ibu yang keren banget. Gimana ngga? bisa masak yang enak, ngebersihin rumah, ngantor, nyrewetin anaknya biar belajar, jadi tempat curhat, dan pelukannya itu loh bener-bener zona ternyaman didunia. believe me, kalo kamu punya masalah maka momys hug itu adalah zona ternyaman di dunia. Dan kalo ngga gara-gara kecerewetan, kebawelan dan kegalakan ibu, saya ngga akan pernah bisa jadi yang sekarang ini.

Ayah saya juga ngga kalah hebat. walaupun ngga bisa masak, tapi dia adalah motivator terhebat di dunia. Dia bisa membuat saya sadar bahwa saya bisa melakukan apa yang sepertinya saya tidak bisa saya lakukan. Memberi semangat dan dukungan. Juga orang yang pinter bikin anak2nya ketawa walaupun lagi sedih banget. Ayah saya adalah orang yang bilang saya mampu ketika saya pikir saya tidak mampu. Ayah saya yang memacu saya untuk terus maju walaupun saya capek. Dan ayah saya juga yang menghibur saya ketika saya dimarahin habis-habisan sama ibu. keren ya? maap loh, bukan berati nyombong lagi. hehehehehee….

Intinya, saya cuma mau bilang, perempuan dan laki-laki itu diciptakan equal. ngga ada yang lebih hebat karena satu sama lain saling melengkapi. kalo ada orang yang bilang cowok lebih pinter dari cewek karena susunan otaknya, itu ngga bener. Tuhan itu Maha Adil, menciptakan susunan otak yang berbeda bagi laki-laki dan perempuan karena mereka mempunyai kepintaran yang berbeda. Berdasarkan susunan otaknya, cowok lebih pinter dalam bidang eksakta. tapi cewek juga ngga kalah pinter, kami ini jago dalam bidang linguistik dan sosial loh! Trus dibidang lain, katanya cowok lebih kuat dari pada cewek karena cowok punya tenaga yang lebih daripada cewek. siapa bilang? Cowok kan belum pernah ngerasain sakit bulanan gara-gara PMS dan pas menstruasi? Cowok juga ngga bakalan ngerasain sakitnya melahirkan? Jadi jangan remehkan cewek ya?

Adil dalam bertindak, termasuk dalam memperlakukan orang lain itu menghindarkan diri dari konflik. So, pertahankan kedamaian dengan equality!

Equality for Peace!!!

 

ps: tulisan ini terinspirasi dari pertengkaran cowok dan cewek dimana mereka ngga mau ngalah satu sama lain, mempertahankan pendapat, siapa yang lebih hebat: cowok ato cewek?